KEDATANGAN AGAMA HINDU KE INDONESIA

Kamis, 21 Mei 2015 0 komentar
Dahulu sebelum memasuki era masehi, Indonesia yang dahulu lebih dikenal dengan nama Nusantara ini telah banyak ditumbuhi kepercayaan lokal yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Ada bebeberapa kepercayaan yang sampai saat ini masih dipeluk dan dijalankan oleh masyarakat indonesia terutama masyarakat pedalaman. Sebut saja kepercayaan animisme dan dinamisme  yang sangat luar biasa primitifnya. Kenapa primitif ?? , karena pemeluk kepercayaan ini memuja barang-barang mati dan roh halus yang notabene sewaktu hidup sama seperti manusia pada umumnya. Ada yang menggangap keris ( senjata raja jawa ) yang telah lama terkubur memiliki kesaktian dan dapat digunakan sebagai sumber kelamatan, adapula yang menyembah manusia yang telah meninggal dikarenakan mereka menggangap roh orang mati bisa menentukan baik buruk kehidupannya. Wah sungguh ironis bila kepercayaan itu masih menjamur dikalangan masyarakat sekarang ini, bisa-bisa tempat ibadah seperti gereja, masjid, pura tidak pernah disambangi.

Akantetapi semakin berkembangnya usia jaman, kepercayaan dinamisme dan animisme mulai meredup akibat datangnya kepercayaan yang bersifat pewahyuan dengan kata lain Tuhan Yang Maha Esa lah yang menjadi pusat pemujaan. Banyak sekali macam-macam agama pewahyuan yang ada di Indonesia, mulai dari Hindu, Budhha, Katholik, Kristen dan Islam. Walaupun dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari memiliki prinsip dan cara yang berbeda-beda, akan tetapi dalam lingkup tujuannya memiliki pengertian dan maksud yang sama. Hal ini bukan menjadi sesuatu yang aneh bila kita menilik kilas balik datangnya kepercayaan-kepercayaan itu ke Indonesia. Berdasarkan fakta yang termuat dalam sejarah, pembawa dan penyebar kepercayaan-kepercayaan ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga bukan menjadi persoalan jika banyak nilai-nilai kepercayaan yang berbeda antara satu sama lain.

Pada abad pertama pada era Masehi, hubungan antara masyarakat India dengan Indonesia mulai terjalin dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari adanya relokasi hubungan perdagangan antara Cina dengan India, dimana jalur perdagangan melalui daratan ( jalur Sutera ) dialihkan ke jalur pelayaran dengan alasan keamanan. Sehingga pedagang India ( kaum Waisya ) mengambil jalur perairan alternative melalui selat malaka.

Dalam penyebaran Hindu kedalam masyarakat indonesia tidak terlepas dari adanya hukum alam, seperti diketahui bahwa angin musiman yang melalui Indonesia ada dua jenis, yaitu muson barat dan muson timur. Ketika angin muson barat berhembus dari arah India ke Indonesia, maka para pedagang India tidak bisa pulang ke negaranya dan untuk sementara waktu tinggal di wilayah Indonesia. Selama tinggal di Indonesia, banyak dari pedagang India yang menikahi orang keturunan asli pribumi. Sehingga melalui pencampuran darah itulah, terjadi penyebaran agama Hindu.
Masuknya kepercayaan Hindu kedalam tubuh masyarakat Indonesia pada abad pertama era Masehi memberikan pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta mendorong terjadinya perubahan susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.

Mengenai hipotesa atau teori masuknya pengaruh kepercayaan Hindu di Indonesia, para ahli memiliki pendapat yag berlainan, secara garis besar ada beberapa teori sebagai berikut :

a.       Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh Van Faber, menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia akibat adanya peristiwa pembuangan kaum Sudra ( kasta terendah ) ke  wilayah Nusantara. Teori ini dianggap lemah, karena ada peraturan bahwa kebudayaan Hindu tidak layak diperuntukkan untuk kasta Sudra, dengan kata lain budaya Hindu  terlalu tinggi bagi kaum buangan tersebut.

b.      Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.

Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.

c.       Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.

d.      Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).

Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.

e.      Teori Arus Balik
Teori arus balik atau disebut teori nasional ini muncul dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir adalah hubungan antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan kaum terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama, mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa Indonesia.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan, para ahli sejarah memberikan dua buah gagasan tentang proses masuknya kepercayaan dan budaya Hindu ke Indonesia :
a.    Masyarakat Indonesia bersifat pasif, hal ini berarti orang Indonesia hanya sebagai penerima kepercayaan dan budaya Hindu. Sehingga kalau seperti ini memberikan kesan bahwa kaum Brahmana melakukan tindakan kolonisasi atau penjajahan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.


b.      Masyarakat Indonesia bersifat aktif, gagasan ini menunjukkan bahwasanya masyarakat Indonesia juga melakukan peran aktif dalam upaya menyebarkan kepercayaan hindu kedalam tatanan masyarakat. Bisa dibuktikan dengan adanya kemauan pemimpin masyarakat ( kepala suku ) untuk menggundang para Brahmana, bisa juga melalui proses penyaluran masyarakat pribumi ke India untuk belajar kepercayaan dan budaya Hindu lalu dibawa ke Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 My life and knowledge | TNB