Dahulu sebelum memasuki era
masehi, Indonesia yang dahulu lebih dikenal dengan nama Nusantara ini telah
banyak ditumbuhi kepercayaan lokal yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Ada
bebeberapa kepercayaan yang sampai saat ini masih dipeluk dan dijalankan oleh
masyarakat indonesia terutama masyarakat pedalaman. Sebut saja kepercayaan animisme
dan dinamisme yang sangat luar biasa
primitifnya. Kenapa primitif ?? , karena pemeluk kepercayaan ini memuja
barang-barang mati dan roh halus yang notabene sewaktu hidup sama seperti
manusia pada umumnya. Ada yang menggangap keris ( senjata raja jawa ) yang
telah lama terkubur memiliki kesaktian dan dapat digunakan sebagai sumber
kelamatan, adapula yang menyembah manusia yang telah meninggal dikarenakan
mereka menggangap roh orang mati bisa menentukan baik buruk kehidupannya. Wah
sungguh ironis bila kepercayaan itu masih menjamur dikalangan masyarakat
sekarang ini, bisa-bisa tempat ibadah seperti gereja, masjid, pura tidak pernah
disambangi.
Akantetapi semakin berkembangnya
usia jaman, kepercayaan dinamisme dan animisme mulai meredup akibat datangnya
kepercayaan yang bersifat pewahyuan dengan kata lain Tuhan Yang Maha Esa lah yang
menjadi pusat pemujaan. Banyak sekali macam-macam agama pewahyuan yang ada di Indonesia,
mulai dari Hindu, Budhha, Katholik, Kristen dan Islam. Walaupun dalam
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari memiliki prinsip dan cara yang
berbeda-beda, akan tetapi dalam lingkup tujuannya memiliki pengertian dan
maksud yang sama. Hal ini bukan menjadi sesuatu yang aneh bila kita menilik
kilas balik datangnya kepercayaan-kepercayaan itu ke Indonesia. Berdasarkan
fakta yang termuat dalam sejarah, pembawa dan penyebar kepercayaan-kepercayaan
ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga bukan
menjadi persoalan jika banyak nilai-nilai kepercayaan yang berbeda antara satu
sama lain.
Pada abad pertama pada era
Masehi, hubungan antara masyarakat India dengan Indonesia mulai terjalin dengan
baik. Hal ini tidak terlepas dari adanya relokasi hubungan perdagangan antara
Cina dengan India, dimana jalur perdagangan melalui daratan ( jalur Sutera )
dialihkan ke jalur pelayaran dengan alasan keamanan. Sehingga pedagang India (
kaum Waisya ) mengambil jalur perairan alternative melalui selat malaka.
Dalam penyebaran Hindu kedalam
masyarakat indonesia tidak terlepas dari adanya hukum alam, seperti diketahui
bahwa angin musiman yang melalui Indonesia ada dua jenis, yaitu muson barat dan
muson timur. Ketika angin muson barat berhembus dari arah India ke Indonesia,
maka para pedagang India tidak bisa pulang ke negaranya dan untuk sementara
waktu tinggal di wilayah Indonesia. Selama tinggal di Indonesia, banyak dari
pedagang India yang menikahi orang keturunan asli pribumi. Sehingga melalui
pencampuran darah itulah, terjadi penyebaran agama Hindu.
Masuknya kepercayaan Hindu
kedalam tubuh masyarakat Indonesia pada abad pertama era Masehi memberikan
pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman
prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta mendorong terjadinya
perubahan susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Mengenai hipotesa atau teori masuknya pengaruh kepercayaan
Hindu di Indonesia, para ahli memiliki pendapat yag berlainan, secara garis
besar ada beberapa teori sebagai berikut :
a.
Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh Van Faber,
menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia akibat adanya peristiwa
pembuangan kaum Sudra ( kasta terendah ) ke
wilayah Nusantara. Teori ini dianggap lemah, karena ada peraturan bahwa
kebudayaan Hindu tidak layak diperuntukkan untuk kasta Sudra, dengan kata lain
budaya Hindu terlalu tinggi bagi kaum
buangan tersebut.
b.
Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi
yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah
hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke
Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik
yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke
Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung
teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.
Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak
adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum
ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah
agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta,
bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat
kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.
c.
Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan
Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan
khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih
tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di
Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka
banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini
merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil
perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga
dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda.
Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.
d.
Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW.
Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana.
Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan
upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam
perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).
Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran
karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana.
Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada
di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia
berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.
e.
Teori Arus Balik
Teori arus balik atau disebut teori
nasional ini muncul dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir
adalah hubungan antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang
Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama
Hindu dan Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan
kaum terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama,
mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu dengan menggunakan
bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa
Indonesia.
Berdasarkan beberapa teori yang telah
dikemukakan, para ahli sejarah memberikan dua buah gagasan tentang proses
masuknya kepercayaan dan budaya Hindu ke Indonesia :
a. Masyarakat Indonesia bersifat pasif, hal ini berarti orang Indonesia hanya
sebagai penerima kepercayaan dan budaya Hindu. Sehingga kalau seperti ini
memberikan kesan bahwa kaum Brahmana melakukan tindakan kolonisasi atau
penjajahan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
b.
Masyarakat Indonesia bersifat aktif, gagasan ini menunjukkan bahwasanya
masyarakat Indonesia juga melakukan peran aktif dalam upaya menyebarkan
kepercayaan hindu kedalam tatanan masyarakat. Bisa dibuktikan dengan adanya
kemauan pemimpin masyarakat ( kepala suku ) untuk menggundang para Brahmana,
bisa juga melalui proses penyaluran masyarakat pribumi ke India untuk belajar
kepercayaan dan budaya Hindu lalu dibawa ke Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar